Selasa, 03 November 2015

Benacana Alam di Pulau Papua

TUGAS GEOLOGI INDONESIA

BENCANA ALAM DI PULAU PAPUA



 





OLEH:
Kelompok IV
Geogarfi B 2013



Sahrul H. Banat
Frangki Maswito Usman
Taufik Abdullah
Dwi Fitri Muna Indasari
Ni Kadek Sriyanti
Selvita R.M Taid




Dosen Pembimbing
Intan Noviantari Manyoe, S.Si., M.T

Program Studi S1 Pendidikan Geografi
Jurusan Ilmu & Teknologi Kebumian
Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015




Luas wilayah Provinsi Papua adalah 309.934 km persegi dengan kepadatan penduduk yang cukup kecil yaitu sekitar 6 jiwa per km persegi32, merupakan provinsi terluas di Indonesia. Provinsi ini merupakan salah satu provinsi yang kaya akan suku asli yaitu terdiri dari 255 suku, dengan bahasa yang masing-masing berbeda. Daratan Papua merupakan daratan yang terbentuk akibat pergerakan aktif antara lempeng pasifik dan Indo-Australia yang menyebabkan banyak terdapat patahan aktif dan gunung-gunung, yaitu: Gunung Arfak, Gunung Derabaro, Gunung Dwikora, Gunung Jaya/Ngapulu, Gunung Kwoko, Gunung Mandala, Gunung Redoura, Gunung Togwomeri, Gunung Trikora, Gunung Yamin, dan Gunung Yaramamafaka.
 Ancaman Bencana alam yang ada di papua antara lain Banjir, Gempabumi, Kebakaran Permukiman, Cuaca Ekstrem, Longsor, Abrasi, Konflik Sosial, Epidemi dan Wabah Penyakit. Wilayah Jayawijaya, jawapura, Nabire merupakan wilyah yang paling tinggi terkena bencana alam, sedangkan Tolikara, paniai, nduge adalah wilaya yang kategori sedang terkena bencana alam.

Provinsi Papua Barat memiliki luas wilayah 115.363,50 km2 dengan Kabupaten Teluk Bintuni merupakan kabupaten terluas yaitu 18.658 km2 atau 16,17 persen dari total luas wilayah Provinsi Papua Barat dan Kota Sorong merupakan kabupaten dengan luasan terkecil yaitu 1.105 km2. Kepadatan penduduk di provinsi ini mencapai 7 jiwa per km persegi33. Provinsi ini juga terdapat beberapa gunung, yaitu: Pegunungan Arfak, Pegunungan Fak- Fak Gunung Fudi, Pegunungan Kumafa, Gunung Kwoko, Pegunungan Tamarau, Gunung Togwomeri, Gunung Wasada, dan Gunung Wiwi.
Di bagian Utara wilayah Provinsi Papua Barat ini terdapat patahan yang paling aktif di Indonesia, yaitu patahan sorong sehingga wilayah ini sering mengalami gempabumi. Dari gambar di atas dapat di lihat bahwa sebagian besar wilayah Provinsi papua barat berwarna hijau merupakan derah yang rendah terhadap ancaman bencana alam, Ancaman Bencana alam yang ada di provinsi papua barat antara lain Banjir, Gempabumi, Abrasi, banjir, dan longsor. Wilayah Monokwari, Teluk Mondama merupakan daerah yang paling tinggi terkena ancaman bencana alam, sedangkan kota Sorong, sorong Selatan Raja Empat merupakan daerah yang kategori sedeng untuk terkena bencana alam.
Meningkatnya banjir yang melanda beberapa daerah di wilayah Indonesia, sering dikaitkan dengan pembabatan hutan di kawasan hulu dari sistim daerah aliran sungai (DAS). Secara geomorfologi, Potensi Banjir yang tinggi terdistribusi pada wilayah Dataran Rendah, Dataran Alluvial serta Lembah Alluvial.
Dari gambar di atas dapat di lihat potensi banjir di daerah Provinsi papua merupakan aderah yang paling tinggi untuk potensi terkena banjir, sedangkan untuk daerha Provinsi Papua Barat merupakan wilayah dengan kategori sedang untuk potensi terkena banjir, dan kepulauan maluku termasuk daerah yang berpotensi rendah terkena bencana banjir.
Pada umumnya batuan yang mudah desintegrasi, pola patahan batuan, perlapisan batuan, ketebalan tanah lapuk, kemiringan curam, kandungan air tinggi dan getaran gempa merupakan sifat geologis yang mempengaruhi proses longsoran, manusia juga dapt menjadi faktor pendukung terjadinya longsoran, misalnya secara sengaja melakukan penebangan hutan di daerah pegunungan, melakukan penambahan beban, penambahan kadar air, penambahan sudut lereng. Karena faktor kadar air merupakan hal yang cukup dominan, maka longsor sering terjadi di musim hujan.
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa sebaran potensi tanah longsor di ke empat Provinsi tersebut pada umumnya yang tersebar di bagian tengah pada daerah perbukitan dan pegunungan yang memiliki karakteristik berlereng terjal dengan karakteristik penggunaan tanah lebih didominasi oleh penggunaan tanah pertambangan, tanah terbuka, pemukiman, transmigrasi dan airport. daerah Provinsi papua merupakan aderah yang paling tinggi untuk potensi terkena tanah longsor, sedangkan untuk daerha Provinsi Papua Barat merupakan wilayah dengan kategori sedang untuk potensi terkena tanah longsor, dan kepulauan maluku termasuk daerah yang berpotensi rendah terkena bencana tanah longsor.



Referensi
BNPB. 2011. Indeks Rawan Bencana Indonesia. Jakarta. Deputi Bidang Pencegahan Dan Kesiapsiagaan.
KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. 2027. Analisis Potensi Rawan Bencana Alam di Papua dan Maluku (Tanah Longsor – Banjir – Gempa Bumi - Tsunami). Jakarta. Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas.





Bencana Alam di Pulau Maluku

TUGAS GEOLOGI INDONESIA

BENCANA ALAM DI PULAU MALUKU









OLEH:
Kelompok IV
Geogarfi B 2013



Sahrul H. Banat
Frangki Maswito Usman
Taufik Abdullah
Dwi Fitri Muna Indasari
Ni Kadek Sriyanti
Selvita R.M Taid




Dosen Pembimbing
Intan Noviantari Manyoe, S.Si., M.T

Program Studi S1 Pendidikan Geografi
Jurusan Ilmu & Teknologi Kebumian
Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015



Provinsi Maluku secara keseluruhan memiliki luas 81.376 km persegi dan kepadatan penduduk sekitar 28 jiwa per km persegi30. Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 559 pulau yang berada di ujung patahan sorong. Diwilayah ini, terdapat beberapa gunung yang tertinggi yaitu gunung Binaya dengan ketinggian 3055 M, terletak di Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah sedangkan 9 gunung lainnya tersebar di beberapa pulau yang ada di wilayah ini.
Provinsi maluku juga memiliki ancaman bencana alam yang kompleks antara lain: Banjir, Gempa bumi, Tsunami, Kebakaran Permukiman, Kekeringan, Cuaca Ekstrem, Longsor, Gunung api, Abrasi, Kebakaran Hutan dan Lahan, Konflik Sosial, Epidemi dan Wabah Penyakit. Wilayah Kota ambon, Buru, Maluku tengah merupakan wilayah yang tertinggi untuk terancaman bencana alam, sedangkan wilayah kota tual, dan maluku tenggara barat merupakan wilayah yang mempunyai indeks sedang untuk terkena bencana alam, dan wilayah yang paliang rendah  terancam terkena bencana alam adalah kepulauan baru, dan seram bagian timur.

Luas total wilayah Provinsi Maluku Utara mencapai 140.255,32 km². Sebagian besar merupakan wilayah perairan laut, yaitu seluas 106.977,32 km² (76,27%). Sisanya seluas 33.278 km² (23,73%) adalah daratan. Provinsi Maluku Utara terdiri dari 395 pulau besar dan kecil. Pulau yang dihuni sebanyak 64 buah dan yang tidak dihuni sebanyak 331 buah dengan kepadatan penduduk sekitar 30 jiwa per km persegi31.
Beberapa gunung yang cukup aktif berada di wilayah ini, antara lain Gunung Gamalama, Gunung Gamkonora, dan Gunung Ibu, Gunung api dukono. Provinsi Maluku Utara memiliki anacaman benacana alam Banjir, Gempabumi, Kebakaran Permukiman, Cuaca Ekstrem, Longsor, Gunungapi, Abrasi. Wilaya Halamahera Barat, Halmahera selatan dan kota  Ternate, Merupakan indeks tinggi terkena ancaman bencana alam, sedangkan untuk wilayah kepulauan sula, kota tidore kepulauan, dan pulau morotai merupakan wilaya kategore sedang untuk terkena bencana alam.
Gunung Api Dukono (1185 dpl) yang terletak di bagian utara pulau Halmahera merupakan satu dari rangkaian gunung-gunung berapi aktif yang ada di Maluku Utara. Namun berbeda dengan gunung-gunung lainnya, Dukono memiliki kawah berapi dengan aktivitas yang tinggi. Pada letusan hebat di tahun 1550, lava yang dikeluarkan Dukono mengisi selat diantara Pulau Halmahera dan lereng utara dari Gunung Mamuya. Letusannya kala itu mencapai skala 3 dari Volcanic Explosivity Index. Sejak 1933, Dukono terus mengalami letusan-letusan kecil secara berkelanjutan hingga saat ini.



Referensi
BNPB. 2011. Indeks Rawan Bencana Indonesia. Jakarta. Deputi Bidang Pencegahan Dan Kesiapsiagaan.
Anonim.Diambil Dari http://www.halmaherautara.com/wst2/27/gunung-api-dukono di akses pada 25-oktober-2015





Bencana Alam Di Pulau Nusa Tenggara

TUGAS GEOLOGI INDONESIA

BENCANA ALAM DI PULAU NUSATENGGARA



 




OLEH:
Kelompok IV
Geogarfi B 2013



Sahrul H. Banat
Frangki Maswito Usman
Taufik Abdullah
Dwi Fitri Muna Indasari
Ni Kadek Sriyanti
Selvita R.M Taid



Dosen Pembimbing
Intan Noviantari Manyoe, S.Si., M.T

Program Studi S1 Pendidikan Geografi
Jurusan Ilmu & Teknologi Kebumian
Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015




Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), termasuk wilayah yang rawan terkena bencana alam, di lihat dari gambar di atas sebagian besar wilayah NTB rawan terkena bencana alam, wilaya lombok barat, lombok timur, sumbawa, bima merupakan daerah yang paling rawan terkena ancaman benacana alam, sedangkan untuk wilayah Lombok Utara dan Kota Bima termasuk kategori rendah terkena benacana alam. Ancaman bencana yanag ada di NTB anatara lain banjir, Gempabumi, Tsunami, Kebakaran Permukiman, Kekeringan, Cuaca Ekstrem, Longsor, Gunungapi, Abrasi, Kebakaran Hutan dan Lahan, Konflik Sosial, Epidemi dan Wabah Penyakit.
Di sisi timur kaldera terdapat Gunung Baru (atau Gunung Barujari) yang memiliki kawah berukuran 170m×200 m dengan ketinggian 2.296 - 2376 m dpl. Gunung kecil ini terakhir aktif/meletus sejak tanggal 2 Mei 2009 dan sepanjang Mei, setelah sebelumnya meletus pula tahun 2004.Jika letusan tahun 2004 tidak memakan korban jiwa, letusan tahun 2009 ini telah memakan korban jiwa tidak langsung 31 orang, karena banjir bandang pada Kokok (Sungai) Tanggek akibat desakan lava ke Segara Anak.Sebelumnya, Gunung Barujari pernah tercatat meletus pada tahun 1944 (sekaligus pembentukannya), 1966, dan 1994.
NTT merupakan provinsi kepulauan dengan luas sekitar 48.718,10 km persegi yang terdiri lebih dari 560 pulau, dengan tiga pulau utama adalah Flores, Sumba dan Timor Barat. Nusa Tenggara Timur (NTT), termasuk daerah yang rawan terkena bencana alam seperti, Banjir, Gempa bumi, Tsunami, Kebakaran Permukiman, Kekeringan, Cuaca Ekstrem, Longsor, Gunungapi, Abrasi, Kebakaran Hutan dan Lahan, Konflik Sosial, Epidemi dan Wabah Penyakit. Dengan indeks ancaman bencana alam tertinggi wilayah Sikka, flores Timur, da manggarai, sedangkan indeks ancaman kategori sedang terdapat di daerah sumbah tenga, dan sabu raijua.
Di wilayah NTT, terdapat 11 gunung api yaitu Gunung Ine Like, Ebu Lobo, Iya, Kelimutu, Roka Tenda, Lewo Tobi (Laki–laki), Lewo Tobi (Perempuan), Lera Boleng, Ile Boleng, Ile Lewotolo dan Gunung Ile Werung. Dari gunung-gunung yang ada, mengalir sekitar 40 Sungai besar dimana yang terbesar adalah Sungai Kambaniru (118 km), Benanain (100 km), Noelmina (90 km) dan Wanokaka (80 km). 
Gunung Egon adalah sebuah gunung berapi yang terletak di Kabupaten Sikka, Pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur,Indonesia. Gunung ini memiliki tinggi 1.703 meter dari permukaan laut. Egon kembali aktif pada 2006 setelah vakum selama 75 tahun. Egon tercatat meletus dahsyat pada 1925.
Gunung-gunung api yang aktif itu di antaranya adalah Gunung Sirung di Alor; Lewotobi Lakilaki dan Perempuan (Flores Timur); Ile Ape, Lewotolok, dan Hobalt (Lembata); Ranaka dan anak Ranaka (Manggarai); Ine Rie dan Ebulobo (Ngada), serta Rokatenda dan Egon (Sikka).
Dari 17 gunung api itu, sejak 2000, hanya tiga gunung yang meletus, yakni Sirung, Rokatenda, dan Hobalt yang berada di dalam laut. Sedangkan gunung api lainnya hanya menunjukkan peningkatan aktivitas dan kembali normal. (Baca: Tahun Baru, Dilarang Menginap di Puncak Gunung Api.)
Terakhir, gunung api yang meletus adalah Rokatenda di Sikka, mengakibatkan lima orang tewas dan ratusan lainnya mengungsi. Gunung dengan ketinggian 875 meter di atas permukaan laut itu terakhir kali meletus pada 2 Februari 2013.



Referensi
BNPB. 2011. Indeks Rawan Bencana Indonesia. Jakarta. Deputi Bidang Pencegahan Dan Kesiapsiagaan.
Di ambil dari. http://nasional.tempo.co/read/news/2015/01/22/058636622/17-gunung-api-di-ntt-aktif di akses pada 25-oktober-2015






Bencana Alam di pulau Bali

TUGAS GEOLOGI INDONESIA

BENCANA ALAM DI PULAU BALI








OLEH:
Kelompok IV
Geogarfi B 2013



Sahrul H. Banat
Frangki Maswito Usman
Taufik Abdullah
Dwi Fitri Muna Indasari
Ni Kadek Sriyanti
Selvita R.M Taid




Dosen Pembimbing
Intan Noviantari Manyoe, S.Si., M.T

Program Studi S1 Pendidikan Geografi
Jurusan Ilmu & Teknologi Kebumian
Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015





Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km, sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa yang beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain. Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi di daerah pegunungan, yaitu Danau Beratan, Buyan, Tamblingan dan Danau Batur. Di Provinsi ini juga terdapat 6 gunung (Gunung Abang, Gunung Agung, Gunung Batukau, Gunung Batur, Gunung Catur, dan Gunung Sangiang).
Dari gambar di atas dapat di lihat bahwa Provinsi Bali merupakan daerah yang rawan terjadi bencana alam, dengan indeks bencana alam tertinggi berada di wilayah Buleleng, Lombok Timur, dan Bima, sedangkan wilayah Lombok Utara dan Kota Bima Termasuk daerah sedang terkena bancana, Provinsi Bali mempunyai ancaman bencana alam antara lain: Banjir, Gempa bumi, Tsunami, Kebakaran Permukiman, Kekeringan, Cuaca Ekstrem, Longsor, Gunung api, Abrasi, Kebakaran Hutan dan Lahan, Konflik Sosial, Epidemi dan Wabah Penyakit.
Gunung Bantur adalah gunung api yang ada di Bali. Gunung api ini masih aktif hingga sekarang. Lokasinya bisa ditemui di kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli di pulau Bali yang indah. Karena termasuk gunung api aktif, gunung ini sering kali meletus.  Letusan pertama terjadi pada sekitar tahun 1804 silam, dan letusan terakhir pada tahun 2000. Letusan memang seringkali terjadi, letusan yang paling parah tanggal 2 agustus hingga 21 september 1926, akibat dari letusan gunung ini yang di catat paling dahsyat adalah banyak lava yang menimbun Desa Batur dan Puli Ulun Danu Batur.
Selain gunung Bantur, Gunung Agung merupakan sebuah gunung vulkanik tipe monoconic strato yang ada di Bali yang tingginya mencapai sekitar 3.142 meter di atas permukaan laut. Gunung tertinggi di Bali ini termasuk muda dan terakhir meletus pada tahun 1963 setelah mengalami tidur panjang selama 120 tahun.


Referensi
BNPB. 2011. Indeks Rawan Bencana Indonesia. Jakarta. Deputi Bidang Pencegahan Dan Kesiapsiagaan.
Anonim. 2015.diambil dari http://www.balipost.co.id/balipostcetaK/2005/3/7/l2.htm di akses pada 25-oktober-2015  

Geomorfologi pulau kalimantan


TUGAS GEOLOGI INDONESIA

GEOMORFOLOGI PULAU KALIMANTAN



 

 


OLEH:
Kelompok IV
Geogarfi B 2013



Sahrul H. Banat
Frangki Maswito Usman
Taufik Abdullah
Dwi Fitri Muna Indasari
Ni Kadek Sriyanti
Selvita R.M Taid




Dosen Pembimbing
Intan Noviantari Manyoe, S.Si., M.T

Program Studi S1 Pendidikan Geografi
Jurusan Ilmu & Teknologi Kebumian
Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015



Secara geografis pulau Kalimantan (Indonesia), terletak diantara 40o 24` LU- 40o 10` LS dan antara 10o 80`` 30` BT -11 90`` 00` BT dengan luas wilayah sekitar 535.834 km2. Berbatasan langsung dengan negara Malaysia (Sabah dan Serawak) di sebelah utara yang panjang perbatasannya mencapai 3000 km mulai dari proinsi Kalimantan Barat sampai dengan Kalimantan Timur.
Secara kasar bagan pulau Kalimantan merupakan sebuah segitiga dengan semenanjung kecil pada sisi timur laut, yaitu Semenanjung Mangkaliat dan dua ujung yang membatasi Teluk Darvel. Pulau ini berbukit-bukit luas dan reliefnya bergunung-gunung yang tingginya sebagian besar tidak lebih dari 1500m.
GEOMORFOLOGI  KALIMANTAN
Pulau Borneo berbentuk pesisir yang rendah dan memanjang serta dataran sungai, terutama di bagian selatan. Lebih dari setengah pulau ini berada di bawah ketinggian 150 m dan air pasang dapat mencapai 100 km ke arah pedalaman. Borneo tidak memiliki gunung  berapi tetapi jajaran pegunungan, utamanya semula merupakan gunung berapi. Rangkaian  pegunungan utamanya melintasi bagian tengah pulau, seperti trisula terbalik dari utara ke selatan, dengan tiga mata tombaknya bercabang di bagian selatan.
Sebagian besar Kalimantan terdiri dari batuan yang keras dan agak keras, termasuk batuan kuarter di semenanjung Sangkulirang dan jajaran pegunungan meratus,batuan vulkanik dan endapan tersier.Kalimantan tidak memiliki gunung api yang aktif seperti yang terdapat di Sumatera dan Jawa, tetapimemiliki daerah batuan vulkanik tua yang kokoh di bagian barat daya dan bagian timur Kalimantan. Hal-hal tersebut merupakan peninggalan sejarah geologis Indonesia yang mencakup berbagai masa kegiatan vulkanik dari 300 juta tahun yang lalu sampai sekarang. Batuan vulkanik terbentuk sebagai hasil magma dari perut bumi yang mencapai permukaan. Ketika magma menjadi dingin dan membeku, dibawah permukaan bumi terbentuk sebagai hasil magma dari perut bumi yang mencapai permukaan. Ketika magma menjadi dingin dan membeku, dibawah permukaan bumi terbentuk batuan intrusi seperti granodiorit. Ditempat batuan vulkanik tua Kalimantanyang telah terkikis, intrusi yang mengandung cadangan emas, semula di bawah gunung api merupakan bagian penting dari proses utama pembentukan mineral seperti emas.
Kalimantan memiliki pulau yang datar, dikarenakan mempunyai pesisir yang rendah dan memanjang serta dataran sungai, terutama disebelah selatan dan barat. Kalimantan tidak memiliki pegunungan berapi namun jajaran pegunungan utamanya semula merupakan gunung berapi. Gunung Kinibalu di Kalimantan yang tingginya 4.101 m dpl, merupakan puncak tertinggi di Asia tenggara dan merupakan gunung tertinggi diantara pegunungan Himalaya dan puncak Jayawijaya yang tertutup salju di Irian Jaya.
Kalimantan dilalui oleh sungai-sungai besar yang mengalir dari bagian tengah pulau ke pesisir. Kalimantan memiliki tiga sungai terpanjang yang menjadi kebanggaan Indonesia. Sungai Kapuas (1.143 km), Sungai Barito (900 km) dan Sungai Mahakam (775 m).
Berdasarkan kajian Banter (1993) kemungkinan sering terjadi erosi pada lereng barat laut pegunungan Schwener dan Gunung Benturan, serta di beberapa tempat lainnya di bagian tengan dan hulu sungai besar di Kalimantan. Erosi sabagai akibat aberasi pantai terjadi di pantai barat, selatan dan timur.
Deretan pegunungan yang menyusun kerangka morfologi Kalimantan, yaitu:
a.       Sistem pegunungan yang memanjang dari pegunungan Kanibalu (4175m) melalui pegunungan Iran dan Muller ke arah pegunungan Schwaner di bagian barat daya.
b.      Sistem pegunungan Maratus yang membujur ke arah utara-selatan, puncak tertinggi adalah Gunung Besar (1892).

Zone  Kalimantan Selatan, Terdiri dari daratan alluvial, daratan banjir, tanggul alam, dan back swamp . Karakteristik: Pada waktu pasang, air sungai tertekan sehingga terjadi genangan, Wilayah Pulau Kalimantan.
Zona  Kalimantan Barat, Berupa pegunungan geantiklinyang batuannya terdiri dari batuan yang berumur Permocarbon. Menurut Van Bemmelen, batuan ini adalah batuan yang berumur tua di Indonesia.
 Zone  Kalimantan Tengah, Merupakan geantiklin yang di beberapa tempat menunjukkan aktivitas vulkanis yang tidak aktif lagi, misalnya Pegunungan Iran. Dahulu sungai Kapuas pada zone ini terdapat endapan yang cukup tua dan disebut formasi danau.
 Zone Kalimantan Timur, Terdiri dari pegunungan antiklinal Samamuda dan geantiklin Meratus. Di depresi Mahakam merupakan delta yang cukup perkembangannya.
v  Kalimantan barat
Di Kalimantan Barat nampak ada sebuah cekungan struktural (strukturan basin) yaitu cekungan Kapuas, di mana terletak kota Putusibau dan danau-danau besar, wilayah berbukit di mana terletak kota Sintang. Kemudian terdapat Dataran rendah Kalimantan Barat dan tempat-tempat seperti Ketapang, Telukmelano, terletak pada wilayah rawa.
v  Kalimantan tengah
kelanjutan dari masif inti itu adalah wilayah hulu dari sungai-sungai Kalimantan Tengah dengan batas kira-kira sampai kepada bagian paling hilir dari “wilayah Riam” *). Selanjutnya dijumpai Dataran Rendah Kalimantan Tengah dengan Pangkalanbun, Kuala Pembuang dan Kulau Kapuas.
v  Kalimantan selatan
Di Kalimantan selatan nampak hanya dua dataran, yaitu Dataran Rendah Barat sebagai kelanjutan rawa-rawa Kalimantan Tengah dan Dataran Rendah Timur, di antara mana terdapat Pegunungan Meratus, yang sebenarnya merupaka formasi morfologi tersendiri.
v  Kalimantan Timur
Bentuk medan pertama-tama adalah bagian dari Masif Inti di sekitar Pegunungan Iban, kemudian cekungan struktural Kutai atau Mahakam. Di Utara terdapat Dataran Rendah Redeb – Selor dan di selatan Dataran Rendah Pasir. Kota-kota Samarinda – Balikpapan sebenarnya terletak pada antiklinal yang di Utara menyimpul pada Gunung Suwaran dengan pegunungan Sangkulirang dan di Selatan terdapat simpul pada Gunung Ketam dengan Pegunungan Meratus.


Referensi
Anonim.2015.diambildari. http://ict.unm.ac.id/public/data/Bahan%20Ajar/Geografi/.Geomorfologi%20Indonesia/Geomorfologi%20Kalimantan.pdf  di akses pada 22-oktober-2015
Rahmat Riki. 2015 Geomorfologi Pulau Kalimantan. Diambil dari https://www.academia.edu/7093766/Geomorfologi_Pulau_Kalimantan diakses  pada Tgl 22-oktober-2015